Sabtu, 25 Februari 2012

Koleksi Alat Pertanian Museum La Galigo

Lesung Panjang milik Bangsawan
Bercocok tanam dan melaut adalah dua sisi kehidupan suku-suku di Indonesia yang sudah ada sejak jaman dulu. Kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan dan juga tanah yang subur menjadikan kedua kegiatan tersebut sangat lekat dengan sejarah bangsa Indonesia. Beberapa koleksi alat-alat pertanian ditampilkan di Museum La Galigo di Makasar dari alat baja tradisional yang ditarik Kerbau atau Sapi hinga alat tradisional untuk menumbuk padi menjadi beras. Suku-suku di Indonesia juga mengenal penanggalan dalam menentukan kapan saat bercocok tanam dimulai yang pada mendasarkan pada perhitungan astronomi yaitu dengan melihat arah dan posisi bintang di langit. Salah satu rasi bintang yang digunakan sebagai saat musim tanam adalah rasi bintang 'weluku'.
Alat Bajak Tradisional
Selain itu khusus untuk masyarakat petani Sulawesi Selatan juga percaya akan adanya hari-hari baik untuk mulai bercocok tanam seperti kapan menyediakan bibit, turun ke sawah, dan kapan memulai panen. Kepercayaan yang hidup di suku Bugis Makasar terhimpun dalam naskah di daun lontar 'Kutika' dan 'Meong Paloe' yang menceritakan Dewi Padi Sang Hyang Sri atau 'Sangesari' yang dikawal oleh seekor Kucing Belang dalam mengembara. Penghormatan terhadap Dewi Padi dilakukan pada upacara 'Madoja Bine' atau 'Mappatinro Bine' yaitu upacara menyapkan benih yang akan disemai ke sawah.
Alat pengayak sagu
Naskah 'Meong Paloe'
Daftar kalender untuk bercocok tanam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More